Layakkah aku mencintai seorang pendosa?

Seketika ingat cerita seseorang, tentang pasangannya yang menurutku melewati batas. Tapi kembali lagi ke tiap individu, kelayakan hanya dapat dirasa diri sendiri dan tak perlu mencari pembenaran dari orang lain, tak perlu.

Jika itu aku, aku hanya manusia biasa yang bisa menjadi pendosa pula. Maka aku berhak memberikan kesempatan, Tuhan pemaaf, apalah aku yang seonggok daging yang tercipta dari segumpalan darah. Aku hanya memberikan kesempatan untuk seseorang yg benar menyadari dosanya dan menyadari untuk terus berjuang belajar bersama menjadi yang terbaik dengan kemampuan kita yang udah diberikan sama Tuhan.
Setelahnya kamu jangan mengabaikan hal-hal penting, wajib melek dan benar-benar menyadari apakah pasanganmu benar menyadari kesalahannya atau hanya sekedar ingin menyenangkan hatimu seasaat?

Pikirkan, apakah kamu benar menerima kekurangannya dan kamu akan menghadapi itu hampir setiap hari. Apakah benar kamu menerima jika suatu hari nanti dia berselingkuh lagi?
Memukulmu lagi?
Mengumpatmu dengan kata-kata yang tidak pantas lagi?
Alkohol menjadi daily life atau lain halnya.

Kalau pacaran itu buka mata, wajib menjadi diri sendiri, tau apa kebutuhan kita dan tau apakah kebiasaan buruk pasangan bisa kita terima. Karena ketika menikah kamu wajib cover your partner, karena saat menikah kamu sudah bertanggung jawab untuk menerimanya.

What this means is we need to take responsibility for our own health and well-being physically, mentally, emotionally, and spiritually. When we do that, we have a far better chance of having healthy relationships with others.

Komentar

Postingan Populer